Sabtu, 31 Mei 2014

Menilai Alasan Produsen Smartphone Membuka Pabrik Di Indonesia


Ironis. Itulah sebuah kata yang tepat menggambarkan keadaan di Indonesia saat ini. Bagaimana tidak? Disebut-sebut merupakan salah satu pasar potensial paling menjanjikan di ASEAN. Para produsen smartphone dunia justru menolak membuka pabrik di Indonesia, dan lebih memilih negara lain.

Beberapa tahun lalu, BlackBerry dikabarkan akan membuka pabrik di Indonesia, tetapi nyatanya negara Malaysia yang dpilih sebagai basis produksi kawasan ASEAN. Meskipun saat ini pihak BlackBerry yang diwakili oleh FOXCON telah menapaki jalan untuk membuka pabrik di Indonesia, hal ini belum tentu terealisasi. Karena hingga tahunini, belum ada tanda-tanda pihak FOXCON memulai pembangunan pabrik di Indonesia.

Sekarang, hal yang sama juga terjadi kembali. Produsen smartphone asal negeri Korea Sealatan, Samsung. Merubah rencana membuka pabrik di Indonesia ke negara Vietnam.

Bisa dikatakan bagi mereka negara Indonesia hanyalah sebuah market dan bukan tempat yang cocok bagi produksi. Padahal pemerintah Indonesia sudah berupaya agar smartphone bisa dibuat di Indonesia, untuk menekan laju import smartphone yang setiap tahun semakin tinggi.

Keputusan itu bukan berarti tanpa pertimbangan. Menurut daritadi, ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut.

1. Pajak

Sebagai negara yang sangat bergantung dengan pemasukan dari sektor pajak. Pemerintah sering sekali setiap tahun meningkatkan dan mengeluarkan peraturan baru tentang pajak. Dan salah satu yang  paling terhangat adalah Pajak Pertambahan NIlai Barang Mwah (PPNBM) khususnya smartphone. Hal inilah yang seringkali memicu polemik bagi para produsen smartphone  di dunia.

Dengan pemberlakuan tarif pajak yang terus meningkat, akan memaksa produsen meningkatkan harga smartphone menjadi lebih mahal. Hal ini berimbas pada daya beli pengguna, yang berarti bisa menurunkan pendapatan mereka. Belum lagi biaya import bahan baku yang di datangkan dari luar negeri.

Larinya Samsung ke Vietnam juga karena pemerintah Vietnam berani memberi penghapusan pajak penghasilan (PPh) atau tax holiday bisa mencapai 30 tahun, sedangkan Indonesia hanya 10 tahun.

2. Upah yang Lebih Murah

Sudah bukan rahasia umum lagi, para buruh di Indonesia setiap tahun selalu melakukan tuntutan kenaikan upah. Sayangnya tuntutan yang dilakukan para buruh ini, tidak sejalan dengan kinerjanya.

Tidak adanya kontrol pemerintah dalam masalah upah, juga menimbulkan pertimbangan yang penting bagi para produsen smartphone di dunia. Berbeda dengan Vietnam, pemerintahnya berani menjami upah buruh yang jauh lebih murah.

3. Birokrasi yang Tidak Jelas

Pengurusan perijinan maupun birokrasi di Indonesia sering kali carut marut bahkan terkesan diperlambat. Hal ini karena banyak orang maupun oknum yang memiliki kepentingan sendiri-sendiri.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, mungkin adalah gambaran besar mengapa para produsen smartphone enggan membuat pabrik produksi mereka di Indonesia.

Bagikan

Jangan lewatkan

Menilai Alasan Produsen Smartphone Membuka Pabrik Di Indonesia
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>